Ratusan polis anti rusuhan dikerahkan hari ini untuk meleraikan satu usaha baru pembangkan melakukan tunjuk perasaan anti pemerintah di tengah ibu kota Algeria.
Tunjuk perasaan terhadap rejim puluhan tahun Presiden Abdelaziz Bouteflika menurut rencananya akan dimulai dua hari setelah pemerintah menamatkan keadaan darurat yang dikuatkuasakan sejak 19 tahun, ketika terjadi perpecahan di kalangan pembangkang Algeria.
Ratusan polis menahan akses ke dua taman pusat di mana para pemprotes pada 12 dan 19 Februari berusaha melakukan tunjuk perasaan, yang dilarang di ibu kota Algeria sejak tahun 2001.
Polis yang didukung kereta kebal serta satu helikopter yang terbang di atas lokasi-lokasi itu tetapi para saksi mata mengatakan jumlah mereka tidak sebanyak pada dua tunjuk perasaan sebelumnya bulan ini.
Akhir minggu lalu para pemprotes terlibat pertepuran dengan polis anti rusuhan yang mencegah sekitar 3,000 orang bergerak melakukan tunjuk perasaan di ibu kota itu.
Kelmarin, Bouteflika, 73 tahun juga berjanji akan memasukkan "anti korupsi" dalam tindakan penting kerajaan setelah protes-protes yang belum pernah terjadi sebelumnya pada Januari yang mengorbankan lima orang.
Tindakan-tindakan itu dianggap sebagai usaha-usaha perdamaian untuk meredakan kemarahan masyarakat setelah protes-protes anti korupsi melanda sebagian dunia Arab menggulingkan para pemimpin di Tunisia dan Mesir.
Protes baru itu dilakukan setelah satu perpecahan dalam pembangkang minggu ini.
Perhimpunan untuk Kebudayaan dan Demokrasi (RCD) berikrar pihaknya akan bergerak Sabtu "dan setiap Sabtu".
Akan tetapi bekas sekutunya, Koordinasi Nasional untuk Perubahan dan Demokrasi (CNCD), satu kelompok induk pembangkang yang dibentuk bulan lalu, menolak, dan pada Jumaat mengatakan pihaknya berencana akan "mengubah gerakan itu".
CNCD mengatakan pihaknya ingin mengakhiri segera rejim Bouteflika, mengutarakan masalah-masalah yang sama yaitu pengangguran yang tinggi, perumahan dan harga yang tinggi dilihami pemberontakan-pemberontakan rakyat di Mesir dan Tunisia.
Tunjuk perasaan terhadap rejim puluhan tahun Presiden Abdelaziz Bouteflika menurut rencananya akan dimulai dua hari setelah pemerintah menamatkan keadaan darurat yang dikuatkuasakan sejak 19 tahun, ketika terjadi perpecahan di kalangan pembangkang Algeria.
Ratusan polis menahan akses ke dua taman pusat di mana para pemprotes pada 12 dan 19 Februari berusaha melakukan tunjuk perasaan, yang dilarang di ibu kota Algeria sejak tahun 2001.
Polis yang didukung kereta kebal serta satu helikopter yang terbang di atas lokasi-lokasi itu tetapi para saksi mata mengatakan jumlah mereka tidak sebanyak pada dua tunjuk perasaan sebelumnya bulan ini.
Akhir minggu lalu para pemprotes terlibat pertepuran dengan polis anti rusuhan yang mencegah sekitar 3,000 orang bergerak melakukan tunjuk perasaan di ibu kota itu.
Kelmarin, Bouteflika, 73 tahun juga berjanji akan memasukkan "anti korupsi" dalam tindakan penting kerajaan setelah protes-protes yang belum pernah terjadi sebelumnya pada Januari yang mengorbankan lima orang.
Tindakan-tindakan itu dianggap sebagai usaha-usaha perdamaian untuk meredakan kemarahan masyarakat setelah protes-protes anti korupsi melanda sebagian dunia Arab menggulingkan para pemimpin di Tunisia dan Mesir.
Protes baru itu dilakukan setelah satu perpecahan dalam pembangkang minggu ini.
Perhimpunan untuk Kebudayaan dan Demokrasi (RCD) berikrar pihaknya akan bergerak Sabtu "dan setiap Sabtu".
Akan tetapi bekas sekutunya, Koordinasi Nasional untuk Perubahan dan Demokrasi (CNCD), satu kelompok induk pembangkang yang dibentuk bulan lalu, menolak, dan pada Jumaat mengatakan pihaknya berencana akan "mengubah gerakan itu".
CNCD mengatakan pihaknya ingin mengakhiri segera rejim Bouteflika, mengutarakan masalah-masalah yang sama yaitu pengangguran yang tinggi, perumahan dan harga yang tinggi dilihami pemberontakan-pemberontakan rakyat di Mesir dan Tunisia.