18 Jan 2011

Mungkinkah Kesan Domino Dari Tunisia?

Kalangan pemerhati melihat melihat persamaan keadaan di beberapa negara negara Arab setelah tersingkirnya Presiden Tunisia Zine al-Abidine Ben Ali.

Ada spekulasi soal kemungkinan efek domino melanda di kawasan seperti runtuhnya Komunis di seluruh Eropah Timur pada tahun 1989.

Di beberapa negara Timur Tengah dan Afrika Utara, populasi generasi muda yang berkembang pesat menghadapi harga bahan pangan yang melonjak, angka pengangguran melambung, dan keterwakilan politik yang terbatas.

Sebahagian dari mereka juga berhadapan dengan pihak berkuasa yang sudah uzur dan yang dirundung isu pengganti.

Mesir

Di permukaan, Mesir memiliki banyak kesamaan dengan Tunisia, keadaan ekonomi sulit, korupsi di kalangan agensi kerajaan dan kesempatan terbatas bagi warganya untuk mengemukakan ketidakpuasan dengan sistem politik.

Presiden Hosni Mubarak, 82 tahun, boleh dikatakan memonopoli kekuasaan sejak mulai menjabat jawatannya tiga dekad lalu dan menjelang pertengahan tahun berkeupayaan untuk dipilih kembali.

Namun, kekecewaan mendalam warga Mesir sejauh ini hanya cukup untuk menghasilkan demonstrasi politik kecil-kecilan saja.

Jika dibandingkan dengan warga Tunisia, orang Mesir memiliki tingkat pendidikan dan kenal huruf lebih rendah dan bukan pengguna berat layanan internet. Banyak warga Mesir sangat miskin.

Wartawan BBC Jon Leyne di Kaherah menyatakan kebanyakan orang Mesir tidak melihat mereka boleh mengubah kehidupan mereka melalui aksi politik, seperti ikut dalam pemilihan, menjadi aktivis, atau berdemonstrasi.

Namun, laporan-laporan mengenai seorang pemuda yang mencuba membakar diri di Kaherah tentu merisaukan institusi pemerintah, kata wartawan kami.

Aksi bunuh diri pemuda Tunisia Mohamed Bouazizi, yang nekad membakar diri hingga terbunuh pertengahan Disember, yang meledakkan kerusuhan dan kemudian melnjatuhkan Presiden Ben Ali.

Algeria

Massa pemuda Algeria juga memprotes inflasi

Berbeda dengan Tunisia, Algeria sudah sering dilanda kerusuhan dalam beberapa tahun terakhir.

Ketika demonstrasi memuncak di Tunisia pada awal tahun, pemuda di negara tetangganya juga turun ke jalan.

Aksi bakar diri itu juga dilaporkan terjadi di Algeria.

Namun, meski harga bahan pangan juga menjadi masalah di Algeria, kerusuhan sering bersifat lokal dan sedikit demonstran mengusung tuntutan berskala nasional.

Pemerintah Algeria memiliki dana yang cukup besar dari eksport minyak dan gas, sehingga boleh dikatakan sanggup membujuk demonstran yang mengecam inflasi.

Pada tahun 1988, Algeria juga mengalami "revolusi kekuatan rakyat", yang kemudian menghasil pengenduran pembatasan media dan pemilihan multi-partai.

Perkembangan ini kemudian menimbulkan konflik berdarah antara institusi keamanan dan pemberontak berhaluan Islam, dan setelah itu warga Algeria ehilangan semangat untuk mendukung revolusi, kata wartawan BBC Chloe Arnold di Algeria.

Libya

Kol Muammar Gadaffi berkuasa sejak akhir 1960-an

Pemimpin Libya Kolonel Muammar Gadaffi mengeluarkan reaksi keras hari Senin atas pelengseran Presiden Ben Ali dan itu pasti mencerminkan kegalauannya atas kemungkinan efek domino.

Setelah 41 tahun berkuasa, di Kolonel Gadaffi kini penguasa paling lama di Afrika dan Timur Tengah. Dia juga salah seorang pemimpin paling berkuasa di sana.

Segala bentuk demonstrasi dilarang, tapi ada laporan kerusuhan di kota al-Bayda akhir minggu.

Namun, Libya memiliki penduduk jauh lebih sedikit dari para tetangga di kawasan, dan kekayaan dari minyak melimpah.

Jordan

Isu inflasi juga merisaukan banyak warga Jordan

Ribuan pemuda di seluruh Jordan berdemonstrasi pada "hari amarah" hari Sabtu (15/1) untuk memprotes kenaikan harga bahan pangan dan pengangguran.

Sebahagian menuntut Perdana Menteri Samir Rifai mundur.

Pemerintah minggu lalu menurunkan harga sebahagian bahan makanan dan BBM, tapi demonstrasn menyatakan pemerintah harus berbuat lebih banyak untuk mengatasi kemiskinan akibat inflasi.

Namun, Jordan diperintah oleh keluarga kerajaan, dan sebahagian masyarakat setia kepada raja.

Raja Abdullah tampaknya lolos dari kemarahan demonstran.

Sejauh ini unjuk rasa berlangsung damai, dan tidak seorang pun ditahan.

Maroko

Sebagaimana Tunisia, Maroko juga menghadapi masalah ekonomi dan tuduhan pengamalan korupsi di kalangan elit penguasa.

Reputasi Maroko tercoreng setelah dokumen yang dibocorkan lewat Wikileaks mengungkapkan tingkat korupsi meningkat, khususnya dalam perniagaan anggota keluarga kerajaan dan "ketamakan memuakkan" orang-orang dekat Raja Mohammed VI.

Kawat diplomatik dari kedutaan besar AS di Tunis yang disebarkan Wikileaks menyebut masalah serupa di lingkaran dalam Presiden Ben Ali.

Namun, Maroko, seperti Mesir dan Algeria, memang memberikan kebebasan berpendapat secara terbatas dan sejauh ini masih berhasil mengekang penunjuk perasaan.

Sebagaimana di Jordan, kerajaan Maroko mendapat dukungan di sebahagian masyarakat.

4 ulasan:

Tanpa Nama berkata...

Gulungan muda-mudi diMalaysia ni bukan macam diTunisia atau Indonesia.Dinegara ini muda-muda syok hisap dadah,buat anak dan buang,jadi Mat Rempit dan bercengkerama pada malam-malam pesta hiburan.Yang peka terhadap keadaan negara amat kecil,jumlah besar jenis tak kisah.

Waris berkata...

Malaysia? Selagi meLAYU BODOH selagi itu umno berkuasa.

zaid ampang berkata...

Anon 1057, betul kata anda. Pemuda pemudi di sini merasakan mereka berada dalam zon selesa. Mereka tidak nampak apa yang sepatutnya mereka nampak. Pandangan mereka telah dikaburi dengan keindahan yang palsu belaka. Yang pasti mereka sebenarnya jauh dari pegangan agama yang sebenar.

bunbinban berkata...

setuju sgt. engkau engkau, aku aku. Leka dengan hiburan. leka dengan duniawi. Membaca rajin tapi bahan bacaan adalah majalah mangga, dunia hiburan dan yg paling bestnyer mak bapak pun sama berebut baca sisipan dlm mingguan malaysia.....boleh?