11 Jun 2009

UG Bersama UMNO : Menipu Dengan Nama Perjanjian Hudaibiyah

Pihak pendokong gagasan Kerajaan Perpaduan setelah diasak untuk menunjukkan bukti contoh "Kerajaan Perpaduan" yang pernah dilaksanakan oleh Rasulullah jika ada, telah menampilkan Perjanjian Hudaibiyah sebagai justifikasi untuk mereka melontarkan gagasan itu.

Itulah kesilapan paling besar kumpulan yang mendokong gagasan Kerajaan Perpaduan yang berdusta dengan nama RasulNya memberikan contoh yang silap untuk mengesahkan gagasan mereka.

Sekadar mengulas dalam ruang waktu yang terbatas GB ingin tegaskan Perjanjian Hudaibiyah adalah satu perjanjian di antara kaum muslimin dengan kafir Quraisy bagi membolehkan umat Islam memasuki Kota Mekah bagi melakukan umrah. Ia adalah untuk satu kes tertentu (memasuki kota Mekah) dengan kaedah tertentu (satu perjanjian) dengan perintah tertentu (Rasulullah diarah dengan mendapat wahyu)

Ia bukan untuk menubuhkan Kerajaan Perpaduan yang memboleh Rasulullah mempunyai "kuasa bersama" atau "kerajaan bersama" dengan pemuka Quraisy bagi membolehkan terlaksananya missi dan visi Islam yang diperjuangkan Rasulullah di dalam negara Arab buat selama-lamanya.

Kerajaan Islam tidak pernah ditegakkan di atas nama KERAJAAN PERPADUAN dengan mereka yang memsuhi Islam.

Kisah Hudaibiyah dilanpirkan di bawah ini bagi menutup pintu kekeliruan yang dicanangkan oleh pemuka-pemuka gagasan Kerajaan Perpaduan yang mengarut itu (pinjam istilah Mursyidul AM PAS, TG Nik Aziz).


Perang ini terjadi pada bulan Zulqa’idah tahun 6 Hijriah. Mulanya ialah Rasulullah saw. bermimpi memasuki Baitullah bersama-sama dengan sahabat-sahabatnya dalam keadaan aman. Mereka mencukur rambut dan berpakaian ihram.

Atas dasar wahyu ini Rasulullah memerintahkan umat Islam agar bersiap-siap untuk pergi ke Makkah dalam rangka melakukan umrah, bukan untuk menantang kaum Qurasiy atau untuk benperang. Kaum Mushmin yang terdiri dari Muhajirin dan Anshar berangkat menuju Makkah dalam suasana riang gembira, karena kerinduan akan Baitullah yang telah enam tahun tidak mereka kunjungi, akan terpenuhi. Kaum Muslimin yang berjumlah 1.500 orang itu berangkat tanpa membawa persiapan untuk perang, kecuali perbekalan dan senjata yang biasa di bawa kafilah dagang untuk melindungi diri dari perampok.

Sesampainya rombongan Nabi di Asfan, datanglah seseorang yang mengabarkan bahwa orang-orang Quraisy sudah mengetahui adanya rombongan ini. Mereka sudah bertolak dari Makkah dalam keadaan siap perang, dengan tekad tidak akan mengizinkan Nabi saw. dan kaum Muslimin memasuki Makkah.

Mendengar laporan itu, Nabi bersabda, “Celaka benar kaum Quraisy, mereka mhau perang melulu. Apa yang akan diperolehnya jika berhasil memisahkan aku dengan seluruh bangsa Arab. Jika mereka itu dapat membunuhku, itulah yang diinginkan mereka (Quraisy). Dan jika aku berjaya dengan ajakan ini, maka mereka akan masuk Islam dengan cara baik-baik. Dan jika mereka tidak melakukan itu, maka silakan memerangiku dengan segala kemampuan yang ada. Bagaimana sebenarnya perkiraan mereka itu? Demi Allah, aku akan terus memperjuangkan apa yang diamanatkan Allah kepadaku hingga ia tegak atau pembela-pembelanya ini habis.”

Nabi kemudian meneruskan perjalanan hingga sampai di Hudaibiyah, suatu tempat di dekat kota Makkah. Di sini beliau ditemui oleh beberapa orang dan kabilah Khuza’ah yang menanyakan perihal kedatangannya. “Kami datang ke Makkah tidak lain untuk mengunjungi ka’bah dan melakukan umrah,” jawab Nabi. Utusan-utusan itu pun segera kembali, lalu mengatakan kepada rombongannya “Tampaknya kita terlalu gegabah terhadap Muhammad. Kedatangannya tidak untuk perang, melainkan hanya untuk menziarahi Baitullah. Demi Allah, dia (Muhammad) tidak boleh memasuki Baitullah di hadapan kita-kita ini buat selamanya dan seluruh orang Arab ini tidak usah banyak bicara tentang itu,” komentar mereka.

Kemudian kaum Quraisy mengutus Urwah bin Ma’sud As-Tsaqafi untuk menyampaikan sikap kaum Quraisy itu kepada Nabi dan umat Islam. Sesudah terjadi tawar menawar dengan sahabat-sahabat Nabi, kembalilah Urwah kepada kawan-kawannya guna menyampaikan hasil perundingan itu, yang pada pokoknya ingin berdamai. Tetapi keinginan damai itu ditolak, sehingga Nabi saw. mengutus Utsman bin Affan untuk sekali lagi menyatakan maksud damainya.

Kembalinya Utsman dari perundingan itu agak terlambat. Hal ini menimbulkan dugaan berat bahwa Utsman telah dibunuh, sehingga Nabi berpendapat tidak ada jalan yang lebih baik kecuali memerangi kaum Musyrikin Quraisy. Beliau menyerukan agar seluruh anggota rombongan berjanji setia untuk berperang pada saat itu juga. Semboyannya ialah perdamaian atau mati syahid di jalan Allah, dengan senjata seadanya.

Tekad yang sangat bulat mengarungi peperangan ini rupanya membuat orang-orang Quraisy menjatuhkan pilihannya untuk Damai. Inilah yang lebih baik, tetapi dengan syarat-syarat sebagai berikut:

Rasulullah saw. beserta kaum Muslimin bersedia menunda maksudnya untuk menziarahi Baitullah pada tahun itu.

# Umrah baru dapat dilaksanakan tahun depan, dengan ketentuan agar masing-masing orang hanya membawa senjata yang biasa dibawa seorang musafir, yaitu sebatang tombak dan sebilah pedang yang disarungkan.

Syarat-syarat perdamaian itu disampaikan melalui utusan yang bernama Suhail bin Amar yang dipercayakan penuh untuk mengambil keputusan-keputusan sesuai sikap Quraisy.

Kali ini kedua belah pihak berhasil mencapai kesepakatan untuk perdamaian, dengan syarat-syarat dan isinya:

* Kedua belah pihak menyetujui perlucutan senjata untuk masa sepuluh tahun.
* Kalau kaum Muslimin datang ke Makkah, maka pihak Quraisy tidak berkewajiban mengembalikan orang itu ke Madinah.
* Jika penduduk Makkah datang kepada Rasulullah di Madinah, maka kaum Muslimin harus mengembalikan orang tersebut ke Makkah.

Nabi sudah dapat menyetujui syarat-syarat dan ketentuan itu, tetapi para sahabat keberatan, bahkan mereka sempat bertengkar dengan Nabi. Di antara sahabat yang tidak bisa menerima itu terdapat Umar bin Khattab r.a. Kemudian Rasulullah saw. bersabda, “Aku ini adalah Rasulullah, dan tentu Dia tidak akan membinasakanku.”

Selanjutnya Nabi memerintahkan agar semua anggota rombongan melakukan tahallul. Akan tetapi mereka tidak melakukannya, karena masih kesal dan sangat keberatan dengan bunyi perjanjian yang sudah ditandatangani oleh Nabi. Mereka kecewa atas kegagalan ziarah ke Baitulah. Oleh karena itu Nabi mengambil inisiatif melakukan tahallul terlebih dahulu, dan syukurlah seluruh jamaah mengikutinya. Memang agak sulit para sahabat menerima isi perjanjian tersebut namun dikemudian hari ternyata sangat menguntungkan dakwah mereka sendiri.

Peristiwa ini disebut oleh Al-Qur’an dengan istilah Fathun Mubiinun (kemenangan nyata), sebagaimana termaktub dalam surat Al-Fath ayat 1 sampai 3.

“Sesungguhnya Kami telah memenangkan engkau dengan kemenangan yang nyata. Supaya Allah memberi ampunan kepadamu atas dosa yang telah lalu dan yang akan datang, serta menyempurnakan nikmatnya atasmu dan memimpin kamu ke jalan yang lurus. Dan supaya Allah menolong dengan pentolongan yang kokoh.” (QS. Al-Fath 1-3)

Peristiwa ba’iat diungkapkan oleh Al-Qur’an, “Sesungguhnya orang-orang yang berjanji setia kepadamu itu tidak lain mereka telah berjanji kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka siapa saja yang melanggar janjinya, niscaya akibatnya akan menimpa dirinya sendiri. Dan siapa saja yang menepati janjinya kapada Allah, maka Allah akan memberikan kepadanya pahala yang besar. “(QS. Al-Fath: 10)

“Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang Mukmin, ketika mereka telah berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka, lalu menurunkan ketenangan atasnya dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat.” (QS. Al-Fath: 18)

8 ulasan:

Tanpa Nama berkata...

sudah sudah lah ...
muktamar dah pun selesai. x puas hati lg ke. dok menghentam pimpinan. sudah lah.

Tanpa Nama berkata...

pihak pendokong kerajaan perpaduan yg tak puas hati lagi ...

memang pimpinan selagi tak bertaubat kerana perpecahan yang belaku wajib ditentang dan dihentam!

Tanpa Nama berkata...

hormatilah keputusan muktamar. jgn taksub dgn diri sendiri.

Tanpa Nama berkata...

muktamar tiada membuat sbrg keputusan mengenai UG.
yg ada hanya lontaran idea dri presiden dan timbalan presiden yg tidak hormat prwakilan, yg kemudian x dpt pertahankan gagasannya.

Tanpa Nama berkata...

tu ler.. dorang ni pandai2 jer kata nak dilaksanakan .. padahal hanyalah sebuah idea daripada pemimpin dorang sendiri.. tak puas hati punya pasal dorang g maki hamun lak Hadi .. ade ke patut? dasar penyokong yang takde otak .. haaha! :p

Tanpa Nama berkata...

ada pemimpin pas yg jadi talian hayat kepada ammeno

Tanpa Nama berkata...

mmg hadi dan sasya patut dimaki hamun sebab jemaah kucar kacir disebabkan oleh mereka berdua.

yg mengadap pengundi nanti ialah ahli bawahan, yg mereka apa tahu susah payahnya org bawahan?

mereka belum besifat seperti nabi atau sahabat nabi yang turun merasai keperitan org bawahan berkempen.

Tanpa Nama berkata...

Kenapa tak guna surah al-kafirun : "Lakum di numkum wai yadinn...." Bagi kamu agamamu, bagi aku agamaku? ". Rasulullah s.a.w. pernah ditawarkan berkerjasama dengan golongan quraish utk mengadakan pemerintahan bersama2 tetapi rasulullah s.a.w. rela tidak bersama dgn mereka? Kenapa??? Kenapa sirah ini tidak dikaji? Kalau tidak menguntungkan Islam, maka apa guna bekerjasama dengan UMNO? Dah 50 tahun dah UMNO berkuasa, apa yang UMNO bg jalan utk PAS Kelantan utk melaksanakan HUDUD? Tepuk dada tanya iman, tanya perwailan ....