Ipar tiri Tony Blair, Lauren Booth, ternyata tidak sendirian memilih Islam sebagai agama barunya sekembalinya melawat kota suci Qom, Iran. Pilihan iman wartawan dan penyiar television Iran itu rupanya juga diikuti sejumlah perempuan moden Britain lainnya.
Eve Ahmed, perempuan yang bertugas sebagai penulis adalah di antara yang dimaksudkan. Eve dilahirkan di London, ibunya orang Inggeris sementara ayahnya Muslim berasal Pakistan. Dari kecil, ia dibesarkan sesuai dengan iman ayahnya. Namun sesungguhnya dia tak dapat menerimanya. "Ketika berusia 18 tahun dan kuliah, saya menolaknya."
Islam, selama ini, selalu ditolak Eve. Menurut pengakuannya, banyak hal yang remeh temeh dilarang oleh Islam. Misalnya, tak boleh mengunyah chewing gum, menunggang motosikal, berhias, mempertontonkan lekuk tubuh, tak boleh makan di jalan, memotong rambut atau mengecat kuku.
Semua larangan itu tak pernah dijelaskan oleh ayah Eve, termasuk mengapa tak boleh memelihara anjing. Dan, tentu saja, duduk bersama lelaki, bersalaman, serta berhubungan badan dengan seorang lelaki yang bukan muhrimnya.
Nilai-nilai Islam semacam itu dipaksakan ayahnya agar dia boleh mejadi seorang Muslimah yang baik. Sebagai perempuan merdeka yang dibesarkan di Britain, sikap ayahnya ditolak keras. Dia memilih gaya hidup perempuan modern. Namun, kini nilai-nilai Islam yang diajarkan ayahnya dinikmati di tengah kehidupan moden Britain .
Selain Eve, ada Lauren Booth, 43 tahun. Jurnalis dan penyiar television itu setelah menjadi mualaf kini mengenakan jilbab setiap keluar rumah, solat lima kali sehari dan berjamaah di Masjid setempat, "bila ada kesempatan."
Booth memutuskan menjadi Muslimah beberapa bulan lalu sebaik selesai melawat ke tempat suci Fatima al-Masumeh di kota Qom seraya berkata "pada satu Selasa petang, saya duduk bersila di bawah seperti mendapatkan suntikan rohani, sebuah kebahagiaan tak terhingga."
Sebelum bekerja di Iran, dia simpati dengan Islam dan menghabiskan waktunya bekerja di Palestin. "Saya senantiasa terkesan dengan kekuatan dan Islam memberikan sesuatu," ujarnya.
Kristane Backer pula, 43 tahun, adalah bekas pengacara MTV di London. Sejak belia, pilihan hidupnya adalah menjadi perempuan bebas, bergaya hidup Barat, modern, dan liberal. Namun, apa alasannya memilih Islam?
Perkenalannya terhadap Islam bermula saat bertemu dengan bekas pemain kriket Pakistan, Muslim Imran Khan, pada 1992, di kala kariernya meroket, selanjutnya pemuda itu mengajaknya ke Pakistan. Dari sinilah dia mulai tersentuh dengan nilai-nilai spiritual yang tak pernah dirasai dan terkesan dengan kehangatan masyarakat.
Kristiane katakan, "Sejak itu saya mulai belajar Islam dan menukar agama saya. Sebabnya alami. Saya telah wawancara dengan sejumlah bintang-bintang Rock, melakukan perjalanan ke seluruh dunia namun demikian saya merasa kosong. Kini, semua telah berlalu. Saya menikmati kebahagiaan sebab Islam telah memberikan tujuan hidupku."
"Di Barat, kami hidup dengan alasan-alasan dangkal seperti soal pakaian. Di Islam, setiap orang nampak memiliki tujuan yang agung. Setiap hal dilakukan atas nama Allah.
"Saya membesar di Jerman dalam sebuah keluarga Protestan yang tidak begitu pegang nilai agama. Saya mabuk dan suka pesta. Kini saya memiliki tujuan hidup yang baik. Kami bertanggungjawab atas seluruh perbuatan."
Lyne Ali, 31 tahun. Perempuan asal Dagenham, Essex, pertama kali bersentuhan dengan Islam melalui sahabatnya beragama Islam. Dia mengaku selama ini merupakan tipikal perempuan yang suka berpesta.
"Saya suka mabuk bersama teman-teman, mengenakan pakaian ketat, menanggalkan baju, dan berdating dengan lelaki," ujar Lyne. "Saya juga bekerja sebagai DJ separuh masa. Saya dulu berdoa layaknya seorang Kristen, namun saya menggunakan Tuhan sebagai doktor sementara."
Namun ketika bertemu dengan sahabatnya, Zahid, di universiti atau kadang-kadang dalam suasana dramatis. Lalu, "Saudara perempuannya berbicara tentang Islam, dan hal tersebut meresap dalam kalbu saya. Saya fikir, saya harus mencari sesuatu dan saya merasa kebiasaan saya mabuk dan berpesta tak ada gunanya."
Lynne pindah agama pada usia 19 tahun. "Saat itu juga saya mengenakan jilbab," jelasnya. Sekarang, "saya tak pernah lagi mempertontonkan rambut saya di depan awam. Di rumah, saya akan mengenakan pakaian Barat hanya untuk suami, tapi kalau keluar tak pernah."
Camilla Leyland, 32 tahun. Guru yoga ini tinggal di Cornwall memilih Islam sebagai agama baru. Ibu dari anak tunggal, Inaya, memeluk Islam di tengah maraknya diskusi soal "feminisme" di Barat.
Membesar di Southampton, ayahnya seorang pengarah Institut Pendidikan Shoutampton dan ibunya guru ekonomi. Camilla tertarik pada Islam sejak di bangku sekolah.
Dia melanjutkan pendidikan di universiti dan mengambil gelar master bidang Kajian Timur Tengah. Selanjutnya bekerja di Syria. Mengenal Islam melalui teman-temannya.
Eve Ahmed, perempuan yang bertugas sebagai penulis adalah di antara yang dimaksudkan. Eve dilahirkan di London, ibunya orang Inggeris sementara ayahnya Muslim berasal Pakistan. Dari kecil, ia dibesarkan sesuai dengan iman ayahnya. Namun sesungguhnya dia tak dapat menerimanya. "Ketika berusia 18 tahun dan kuliah, saya menolaknya."
Islam, selama ini, selalu ditolak Eve. Menurut pengakuannya, banyak hal yang remeh temeh dilarang oleh Islam. Misalnya, tak boleh mengunyah chewing gum, menunggang motosikal, berhias, mempertontonkan lekuk tubuh, tak boleh makan di jalan, memotong rambut atau mengecat kuku.
Semua larangan itu tak pernah dijelaskan oleh ayah Eve, termasuk mengapa tak boleh memelihara anjing. Dan, tentu saja, duduk bersama lelaki, bersalaman, serta berhubungan badan dengan seorang lelaki yang bukan muhrimnya.
Nilai-nilai Islam semacam itu dipaksakan ayahnya agar dia boleh mejadi seorang Muslimah yang baik. Sebagai perempuan merdeka yang dibesarkan di Britain, sikap ayahnya ditolak keras. Dia memilih gaya hidup perempuan modern. Namun, kini nilai-nilai Islam yang diajarkan ayahnya dinikmati di tengah kehidupan moden Britain .
Selain Eve, ada Lauren Booth, 43 tahun. Jurnalis dan penyiar television itu setelah menjadi mualaf kini mengenakan jilbab setiap keluar rumah, solat lima kali sehari dan berjamaah di Masjid setempat, "bila ada kesempatan."
Booth memutuskan menjadi Muslimah beberapa bulan lalu sebaik selesai melawat ke tempat suci Fatima al-Masumeh di kota Qom seraya berkata "pada satu Selasa petang, saya duduk bersila di bawah seperti mendapatkan suntikan rohani, sebuah kebahagiaan tak terhingga."
Sebelum bekerja di Iran, dia simpati dengan Islam dan menghabiskan waktunya bekerja di Palestin. "Saya senantiasa terkesan dengan kekuatan dan Islam memberikan sesuatu," ujarnya.
Kristane Backer pula, 43 tahun, adalah bekas pengacara MTV di London. Sejak belia, pilihan hidupnya adalah menjadi perempuan bebas, bergaya hidup Barat, modern, dan liberal. Namun, apa alasannya memilih Islam?
Perkenalannya terhadap Islam bermula saat bertemu dengan bekas pemain kriket Pakistan, Muslim Imran Khan, pada 1992, di kala kariernya meroket, selanjutnya pemuda itu mengajaknya ke Pakistan. Dari sinilah dia mulai tersentuh dengan nilai-nilai spiritual yang tak pernah dirasai dan terkesan dengan kehangatan masyarakat.
Kristiane katakan, "Sejak itu saya mulai belajar Islam dan menukar agama saya. Sebabnya alami. Saya telah wawancara dengan sejumlah bintang-bintang Rock, melakukan perjalanan ke seluruh dunia namun demikian saya merasa kosong. Kini, semua telah berlalu. Saya menikmati kebahagiaan sebab Islam telah memberikan tujuan hidupku."
"Di Barat, kami hidup dengan alasan-alasan dangkal seperti soal pakaian. Di Islam, setiap orang nampak memiliki tujuan yang agung. Setiap hal dilakukan atas nama Allah.
"Saya membesar di Jerman dalam sebuah keluarga Protestan yang tidak begitu pegang nilai agama. Saya mabuk dan suka pesta. Kini saya memiliki tujuan hidup yang baik. Kami bertanggungjawab atas seluruh perbuatan."
Lyne Ali, 31 tahun. Perempuan asal Dagenham, Essex, pertama kali bersentuhan dengan Islam melalui sahabatnya beragama Islam. Dia mengaku selama ini merupakan tipikal perempuan yang suka berpesta.
"Saya suka mabuk bersama teman-teman, mengenakan pakaian ketat, menanggalkan baju, dan berdating dengan lelaki," ujar Lyne. "Saya juga bekerja sebagai DJ separuh masa. Saya dulu berdoa layaknya seorang Kristen, namun saya menggunakan Tuhan sebagai doktor sementara."
Namun ketika bertemu dengan sahabatnya, Zahid, di universiti atau kadang-kadang dalam suasana dramatis. Lalu, "Saudara perempuannya berbicara tentang Islam, dan hal tersebut meresap dalam kalbu saya. Saya fikir, saya harus mencari sesuatu dan saya merasa kebiasaan saya mabuk dan berpesta tak ada gunanya."
Lynne pindah agama pada usia 19 tahun. "Saat itu juga saya mengenakan jilbab," jelasnya. Sekarang, "saya tak pernah lagi mempertontonkan rambut saya di depan awam. Di rumah, saya akan mengenakan pakaian Barat hanya untuk suami, tapi kalau keluar tak pernah."
Camilla Leyland, 32 tahun. Guru yoga ini tinggal di Cornwall memilih Islam sebagai agama baru. Ibu dari anak tunggal, Inaya, memeluk Islam di tengah maraknya diskusi soal "feminisme" di Barat.
Membesar di Southampton, ayahnya seorang pengarah Institut Pendidikan Shoutampton dan ibunya guru ekonomi. Camilla tertarik pada Islam sejak di bangku sekolah.
Dia melanjutkan pendidikan di universiti dan mengambil gelar master bidang Kajian Timur Tengah. Selanjutnya bekerja di Syria. Mengenal Islam melalui teman-temannya.
2 ulasan:
Islam makin berkembang di sana
tapi dah makin byk yg murtad di Indon
dan malaysia
Catat Ulasan