31 Dis 2010

Merayakan Tahun Baru?

Esok, tahun 2010 akan pergi, dan tahun 2011 akan menjelang. Ini tahun baru Masehi, tentu saja, kerana tahun baru Hijrah telah terjadi lebih tiga minggu yang lalu. Bagi kita orang Islam, ada apa dengan tahun baru Masehi?

Bagi sesetengah orang penghujung tahun dan hari pertama tahun baru masehi merupakan momen yang sangat berharga. Mereka pun menyiapkan segala sesuatu, dengan berbagai macam pesta untuk menyambut tahun baru.

Di nagara kita, saat malam pergantian tahun baru masehi, para muda-mudi biasanya menggelar berbagai pesta. Di antara mereka ada yang bergadang larut malam untuk menunggu jam 12.00 tiba. Apabila waktunya telah tiba, mereka bergembira dan dengan serentak meniup terompet dan berpesta bunga api.

Mat-mat rempit motor pun dimulai dengan menarik gas sepenuhnya disertai jeritan yang memekakkan telinga. Pada hari pertama tahun masehi, mereka menghadiri panggung-panggung hiburan konsert muzik yang digelar di berbagai tempat di alun-alun, di pentas-pentas, maupun di tempat-tempat rekreasi, dan bilik-bilk sunyi lainnya.

Campur baur antara muda-mudi, bergandengan tangan dengan yang bukan muhrim (yang memang telah direncanakan sebelumnya oleh pasangan muda-mudi tersebut), gelak tawa dan canda, malah tak kurang berbagai minuman dasyat menjadi teman akrab yang sentiasa menyertai mereka.

Television, radio, dan para pemilik pusat perbelanjaan tidak mau ketinggalan dari ikut serta memeriahkan tahun baru. Berbagai promosi besar-besaran diadakan dalam rangka tahun baru masehi. Begitu meriah acara yang digelar oleh mereka untuk menyambut kedatangan tahun baru masehi tersebut, sehingga membuat kebanyakan orang terbuai, tidak sadar ikut hanyut terbawa arus. Mereka tidak melihat berbagai macam dilema keagamaan, sosial, dan masyarakat yang timbul karenanya. Mereka tidak tahu bahwa perayaan tahun baru tidak ada tuntunannya dari Rasulullah. Semua itu hanyalah sebuah pemborosan, membuang-buang harta untuk hal yang sia-sia dan tidak ada manfaatnya sama sekali.

Fenomena seperti ini merupakan realiti kehidupan yang senantiasa berulang setiap pergantian tahun. Bahkan dari tahun ke tahun makin bertambah semarak dan makin tidak terkendalikan arusnya. Tahun ini, wallahu a’lam apakah yang akan terjadi dan mewarnai awal tahun baru masehi di negeri kita ini.

Seorang muslim yang memiliki kecemburuan besar terhadap agamanya, tentu tidak setuju dengan semua itu, dan tentu tidak setuju bila hal itu sampai terjadi di tengah keluarga kita. Kita semua harus tahu bahwa pergantian tahun merupakan tanda kebesaran dan kekuasaan Allah yang tiada tara, yang hanya difahami oleh orang-orang yang berakal yang memikirkan tanda-tanda kekuasaan-Nya, sebagaimana firman-Nya (yang artinya):

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), ‘Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka’”.(QS.Ali Imron[3]:190-191)

Perayaan tahun baru di beberapa negara terkait erat dengan keagamaan atau kepercayaan mereka terhadap para dewa. Menurut orang Kristian, tahun baru masehi dikaitkan dengan Isa al-Masih, sehingga agama Kristian sering disebut sebagai agama masehi.

Jika seorang muslim telah memahami hal ini, maka tentu ia akan memahami bahwa bagi kaum Nasrani, merayakan tahun baru merupakan peribadatan. Sehingga apabila seorang muslim ikut-ikutan merayakan tahun baru maka boleh dibilang kerana kebodohannya terhadap agamanya sebab ia telah menyerupai orang lain yang menentang Allah dan Rasul-Nya.

Ingkarilah kemungkaran kerana kemungkaran merupakan jalan menuju petaka. Begitu bahayanya akibat dari kemungkaran, maka seorang muslim harus berusaha sekuat tenaga untuk mencegah dan mengingkari kemungkaran-kemungkaran yang ada sebatas kemampuannya, walau hanya dengan hati. Rasulullah bersabda,

“Barang siapa di antaramu melihat kemungkaran, hendaklah ia merubahnya (mencegahnya) dengan tangannya (kekuasaannya) ; jika ia tak sanggup, maka dengan lidahnya (menasihatinya) ; dan jika tak sanggup juga, maka dengan hatinya (merasa tidak senang dan tidak setuju), dan demikian itu adalah selemah-lemah iman” (HR. Muslim)

Makin bertambah usia seorang muslim seharusnya makin ia sadar akan memanfaatkan waktu dengan mengerjakan sesuatu yang bermanfaat di dunia dan di akhirat serta menjauhkan dirinya dari sesuatu yang membahayakan. Hendaklah kita mengingat masa penangguhan hidup kita di dunia. Ketika seorang muslim memasuki tahun baru, ia akan ingat bahwa berarti ia makin mendekati akhir masa penangguhan hidup di dunia ini. Bila senantiasa mengingat hal ini, maka kita pun akan semakin bersemangat mencari bekal untuk mendapatkan kebahagiaan ukhrowi (akhirat) yang kekal abadi.

Berbahagialah dengan keislaman kita. Agama kita berbeda dengan agama lain, sehingga dilarang menyerupai orang kafir, terlebih lagi mengikuti cara beragamanya kaum kafir. Oleh kerana itu, hendaknya setiap muslim meninggalkan perayaan tahun baru. Sebaiknya kita menghidupkan penanggalan Islam dalam rangka meninggikan syi’ar dan izzah Islam serta kaum muslimin. Selain itu, hendaknya kita mengingat kebesaran dan keagungan-Nya sehingga akan menambah rasa takut, cinta dan berharap akan ridha-Nya.

Bagi kita, orang Islam, merayakan tahun baru Masehi, tentu saja akan semakin ikut arus dalam menghapus jejak-jejak sejarah Islam yang hebat. Sementara beberapa minggu yang lalu, kita semua sudah melewati tahun baru Muharram, dengan sepi tanpa gemuruh apapun.

Tiada ulasan: