Syariah Islam cegah AIDS
Ketua Pegawai Syariah Islam Wilayah Aceh, Prof Rusydi Ali Muhammad mengatakan Undang-undang Syariah Islam yang dilaksanakan sejak tahun 2003 membantu mencegah penyebaran penyakit AIDS.
Logiknya, Kanun Khalwat, yang melarang orang yang bukan muhrim berduaan, boleh menyebabkan penderita AIDS di Aceh tidak sebanyak di wilayah-wilayah lainnya.
"Seberapa jauh keberkesanannya kita boleh berdebat juga, terbukti sekarang ini pun penyakit HIV ada juga di Aceh ini. Kita boleh katakan seandainya tidak ada undang-undang ini mungkin lebih parah lagi," kata Rusydi Ali Muhammad kepada BBC Indonesia.
Jumlah penderita HIV/AIDS di Aceh sejauh ini diketahui 46 orang, 15 di antaranya meninggal dunia.
"Untung ada undang-undang seperti itu, membatasi, membentengi sehingga kesnya tidak seberat Papua, misalnya," kata Rusydi Ali Muhammad lebih lanjut.
Takut
Ketika ditanya apakah Perda Syariah Islam membuat kehidupan masyarakat di Aceh lebih baik, dia mengatakan secara kualitatif boleh dilihat dari cara anak-anak berpakaian.
Kecenderungan berpakaian Islami sekarang tidak hanya boleh dilihat di sekolah-sekolah Islam tetapi sudah sampai pada sekolah-sekolah umum.
Hukuman sebat terbaru bagi pesalah Kanun Khalwat dilakukan hari Jumaat lalu(10/12) di Jantho terhadap seorang pria dan wanita bukan suami-istri yang berciuman. Mereka masing-masing disebat lapan kali dan ditonton oleh ratusan warga.
Namun beberapa undang-undang antara lain Kanun Aqidah dan Akhlaq dan Kanun Khalwat, kata Pengarah Koalisi LSM HAM Aceh, Evi Narti Zein, justeru menimbulkan ketakutan di kalangan masyarakat.
Menurutnya, selain Kanun judi dan minuman keras, tidak ada kanun lain yang efektif.
"Kalau bicara soal khalwat, definisinya sendiri masih sangat ganjil dan sangat multi interpretasi di dalamnya. Sekarang ini masalah terjadi ketika orang tidak dapat maklumat yang penuh dan kedua, menyangkut aturan khalwat harus dihukum dan lain sebagainya. Nah ada denda juga," kata Evi Narti Zein.
Pihak yang bertanggungjawab, katanya, lebih menekankan aspek penghukuman bukan soal maklumat, pendidikan dan pemahaman bagi masyarakat sehingga menimbulkan ketakutan.
"Lazimnya Syariah Islam ini suasana bukannya menjadi lebih baik menurut saya. Ini menjadi hampir sama dengan yang dulu," kata Evi Narti Zein.
"Bezanya dulu kan lawannya jelas. Masyarakat takut sama tentera, takut sama kelompok bersenjata atau GAM. Nah, sekarang tetap takut, takut dengan Polis Syariah atau Satpol PP atau WH (Wilayatul Hisbah), atau masyarakat yang melakukan kekerasan secara komunal atau kemarahan massa," tambahnya.
Berdasarkan data Koalisi LSM HAM Aceh, terdapat 100 lebih hukuman sebat sejauh ini utamanya kerana khalwat, judi dan minuman keras. Tetapi, kata Evi Narti Zein, jumlah pesalah diperkirakan lebih tinggi dari angka tersebut kerana pesalah Kanun Khalwat boleh mengelak dari hukuman sebat bila mampu membayar denda sekitar Rp3 juta (RM1,042.97).
Ketua Pegawai Syariah Islam Wilayah Aceh, Prof Rusydi Ali Muhammad mengatakan Undang-undang Syariah Islam yang dilaksanakan sejak tahun 2003 membantu mencegah penyebaran penyakit AIDS.
Logiknya, Kanun Khalwat, yang melarang orang yang bukan muhrim berduaan, boleh menyebabkan penderita AIDS di Aceh tidak sebanyak di wilayah-wilayah lainnya.
"Seberapa jauh keberkesanannya kita boleh berdebat juga, terbukti sekarang ini pun penyakit HIV ada juga di Aceh ini. Kita boleh katakan seandainya tidak ada undang-undang ini mungkin lebih parah lagi," kata Rusydi Ali Muhammad kepada BBC Indonesia.
Jumlah penderita HIV/AIDS di Aceh sejauh ini diketahui 46 orang, 15 di antaranya meninggal dunia.
"Untung ada undang-undang seperti itu, membatasi, membentengi sehingga kesnya tidak seberat Papua, misalnya," kata Rusydi Ali Muhammad lebih lanjut.
Takut
Ketika ditanya apakah Perda Syariah Islam membuat kehidupan masyarakat di Aceh lebih baik, dia mengatakan secara kualitatif boleh dilihat dari cara anak-anak berpakaian.
Kecenderungan berpakaian Islami sekarang tidak hanya boleh dilihat di sekolah-sekolah Islam tetapi sudah sampai pada sekolah-sekolah umum.
Hukuman sebat terbaru bagi pesalah Kanun Khalwat dilakukan hari Jumaat lalu(10/12) di Jantho terhadap seorang pria dan wanita bukan suami-istri yang berciuman. Mereka masing-masing disebat lapan kali dan ditonton oleh ratusan warga.
Namun beberapa undang-undang antara lain Kanun Aqidah dan Akhlaq dan Kanun Khalwat, kata Pengarah Koalisi LSM HAM Aceh, Evi Narti Zein, justeru menimbulkan ketakutan di kalangan masyarakat.
Menurutnya, selain Kanun judi dan minuman keras, tidak ada kanun lain yang efektif.
"Kalau bicara soal khalwat, definisinya sendiri masih sangat ganjil dan sangat multi interpretasi di dalamnya. Sekarang ini masalah terjadi ketika orang tidak dapat maklumat yang penuh dan kedua, menyangkut aturan khalwat harus dihukum dan lain sebagainya. Nah ada denda juga," kata Evi Narti Zein.
Pihak yang bertanggungjawab, katanya, lebih menekankan aspek penghukuman bukan soal maklumat, pendidikan dan pemahaman bagi masyarakat sehingga menimbulkan ketakutan.
"Lazimnya Syariah Islam ini suasana bukannya menjadi lebih baik menurut saya. Ini menjadi hampir sama dengan yang dulu," kata Evi Narti Zein.
"Bezanya dulu kan lawannya jelas. Masyarakat takut sama tentera, takut sama kelompok bersenjata atau GAM. Nah, sekarang tetap takut, takut dengan Polis Syariah atau Satpol PP atau WH (Wilayatul Hisbah), atau masyarakat yang melakukan kekerasan secara komunal atau kemarahan massa," tambahnya.
Berdasarkan data Koalisi LSM HAM Aceh, terdapat 100 lebih hukuman sebat sejauh ini utamanya kerana khalwat, judi dan minuman keras. Tetapi, kata Evi Narti Zein, jumlah pesalah diperkirakan lebih tinggi dari angka tersebut kerana pesalah Kanun Khalwat boleh mengelak dari hukuman sebat bila mampu membayar denda sekitar Rp3 juta (RM1,042.97).
1 ulasan:
juga mampu cegah kejahatan pemimpin UMNO dan BN, sebab tu UMNO tak mahu..
Catat Ulasan