Kaherah - Suasana jalan-jalan kota Kaherah yang sebelumnya sangat sepi seperti kawasan kubur di waktu malam, kini mulai kembali ramai, setelah Pemerintah Mesir menamatkan perintah keadaan darurat bermula malam tadi Khamis (14/11).
Keadaan darurat dan jam malam atau larangan keluar rumah di waktu malam itu dikuatkuasakan sejak 14 Ogos, atau bersamaan dengan pembubaran paksa aksi duduk pendukung presiden terguling Muhammad Mursi di Bundaran Rabiah Adawiyah dan Bundaran Al Nahdah di Kaherah.
Bundaran Rabiah Adawiyah yang sebelumnya ditutup sejak pembubaran paksa tersebut, kini dibuka kembali untuk lalu lintas umum.
Penguatkuasaan keadaan darurat itu menimbulkan pro dan kontra di Negeri Piramid tersebut.
"Penamatan keadaan darurat ini penting untuk menggerakkan kembali roda ekonomi," kata pemilik kiosk di kawasan Attaba, pusat kota Kaherah, Mohsen Reyad.
Sebaliknya Ahmed Serageddin yang mengaku sebagai pendukung kudeta, khuatir pencabutan keadaan darurat itu.
"Saya khawatir Ikhwanul Muslimin pendukung Mursi menggunakan momentum ini untuk mengganggu keamanan yang mulai kondusif," katanya. Serageddin merujuk pada unjuk rasa pendukung Mursi yang terus dilancarkan di beberapa tempat di Kaherah dan berbagai provinsi meskipun jumlahnya pengunjuk rasa semakin berkurangan.
Kalangan antarabangsa terutama Amerika Syarikat juga telah berulang kali mendesak Mesir untuk mencabut keadaan darurat yang ditetapkan Presiden Adly Mansour tersebut.
Sebelumnya, pada Selasa kemarin pengadilan Mesir memerintahkan pengakiran keadaan darurat atas desakan beberapa kalangan masyarakat tempatan.
Namun, pasukan keselamatan kelihatan di beberapa tempat di kota Kaherah pasca pencabutan keadaan darurat tersebut.
"Keamaan harus terus diperketatkan untuk menjamin keamanan dan keselamatan masyarakat," kata Menteri Dalam Negeri Mohamed Ibrahim yang bertanggangungjawab keatas pasukan polis.