27 Okt 2010

Detik-detik Terakhir Sebelum Seorang Wartawan Ditelan Abu Merapi

Kisah Saat-saat Akhir Sebelum Wartawan Vivanews.Com Ditelan Abu Merapi...

JAKARTA: Portal berita Vivanews.com yang menyaksikan kematian wartawan kanannya ditelan abu panas di kaki Gunung Merapi malam semalam menceritakan saat-saat akhir perbualan di antara pengarang beritanya dengan mangsa.

Portal berita popular itu telah menceritakan di halaman utamanya pada Rabu bagaimana pada jam 5.30 petang Selasa, di Tingkat 31, Wisma Standard Chartered, di sini, menjadi cemas dan panik apabila tercetusnya berita Gunung Merapi mulai meluahkan lavanya.

Pengarangnya, Nezar Patria segera menghubungi wartawan kanan mereka di lapangan, Yuniawan Wahyu Nugroho (gambar), yang telahpun berada di Yogyakarta.

Wartawan yang lebih dikenali sebagai Wawan ini telah bertolak ke kota budaya itu awal Selasa sekitar pukul 1 dari Jakarta dia sudah mengatur janji untuk mewawancara Mbah Maridjan yang lebih dikenali sebagai ‘penjaga’ Gunung Merapi.

(Nota: Mbah Maridjan turut terkorban dalam kejadian itu)

"Hallo, Wan, posisi anda di mana," tanya Nezar di hujung telefon.

"Ini...di rumah Mbah Maridjan," kata Wawan.

"Sudah ada letusan. Apa tidak berbahaya..." Nezar bertanya.

"Di sini masih ada banyak orang. Saya menunggu Mbah Maridjan yang lagi sholat," jawab Wawan.

Lantas, Nezar menekankan, "Kalau berbahaya dan jika kedengaran siren, segera turun. Jangan bertahan di situ untuk wawancara."

Wawan menjawab "Iya". Namun, perbincangan putus kerana signal telefon yang lemah.

Menyambung perbincangan yang terputus itu, Wawan lalu mengirim SMS, pada pukul 5.49 petang (Waktu Indonesia Barat -WIB). Bunyi SMS itu: "Mas, saya sudah berada di rumah Mbah Maridjan. Mbah Maridjan masih sholat," kata Wawan.

Dalam pesan pendeknya, Nezar menjawab, "Hati-hati. Jangan sampai kena abu lava."

Setelah itu tidak ada hubungan lagi dengan Wawan.

Satu jam kemudian, bilik berita dikejutkan dengan panggilan telefon daripada seorang ahli keluarga Wawan, seorang aktivis pertubuhan bukan kerajaan (NGO) bernama Rini Soegiharto. Wawan dikabarkan dalam kedaan berbahaya.

Sidang pengarang Vivanews turut cemas. Sejumlah rakan lantas cuba mencari maklumat menerusi pelbagai pihak. Mereka menghubungi sanak saudara Wawan, kawan-kawannya yang lain, menghubungi pasukan mencari dan menyelamat, sukarelawan Pusat Pengurusan Bencana sehinggalah membuat laporan kepada pihak polis akan kehilangannya.

***

Akhirnya mereka memperolehi maklumat lanjut daripada Rini. Pada pukul 6.29 petang WIB, dia menerima panggilan daripada Wawan. "Saya lagi di rumah Mbah Maridjan. Saya menunggu, dia lagi sholat," kata Wawan di ujung telefon kepada Rini. Rini pun mengingatkan agar wartawan kanan portal berita itu berhati-hati.

Namun, dalam perbincangan singkat itu, di hujung telefon, Rini terdengar bunyi siren kecemasan dan sejumlah orang menjerit-jerit... "Ada api, ada api, panas, panas."

Tiba-tiba percakapannya dengan Wawan langsung terputus. Rupa-rupanya ini telah ditakdirkan menjadi panggilan telefon terakhir Wawan. Berulang kali dihubungi semula, namun tidak tersambung.

Rini cemas. Dia teringat kisah empat tahun lalu, saat Gunung Merapi meletus. Wawan juga yang membuat meliput letusan gunung berapi tersebut dan bertemu Mbah Maridjan. Saat itu, keduanya juga saling berkomunikasi. Rini teringat pada tahun 2006 juga ada letusan lahar yang panas menuruni lereng gunung.

Namun, kali ini Rini yang berteman baik dengan wawan sejak kuliah di Universiti Gajah Mada merasa situasinya sangat menegangkan. Di television, dia melihat awan panas sudah membubung, sedangkan Wawan masih di rumah Mbah Maridjan yang berjarak hanya empat kilometer dari puncak gunung tersebut.

Menurut cerita Agus, pembantu Mbah Maridjan, sebenarnya saat mendengar bunyi siren sebagai tanda gunung meletus, ia bersama keluarga Mbah Mardijan dan beberapa orang yang terakhir bertahan di lereng gunung itu sudah memutuskan untuk turun.

Mereka mengendarai dua kenderaan sampai ke tempat selamat. Wawan juga turun sejauh 4 kilometer ke kediaman Agus, yang juga kenalannya di Yogya.

Namun, sampai di tempat operasi menyelamat dijalankan, dua orang yakni Tutur, tenaga pasukan perubatan Yogyakarta dan Wawan mengambil keputusan untuk naik semula ke puncak untuk memaksa Mbah Maridjan yang masih bertahan dan sembayang di masjid turun.

"Mereka berdua menaiki Suzuki APV ke atas menjemput Mbah Maridjan. Namun, saat ini kami kehilangan kontak dengan mereka. Kami duga mereka terjebak, kerana awan panas sudah sampai ke kediaman Mbah Maridjan," katanya kepada Vivanews pada lebih kurang pukul 8.30 malam Selasa.

Dan pada jam 10.42 malam WIB, Vivanews mendapat panggilan daripada Iman Surahman, seorang tenaga kerja Pusat Pengurusan Bencana yang melakukan pencarian mangsa letusan Gunung Merapi sejak petang Selasa. Iman menemui kad pengenalan wartawan Yuniawan Nugroho pada salah seorang mangsa korban yang ditemui di rumah Mbah Maridjan.

***

Yuniawan, yang lahir pada 1 Jun 1968 di Blora adalah editor yang mengetuai pasukan laporan khas Vivanews.com. Wawan tertarik untuk mewawancara Mbah Maridjan di Yogyakarta.

Alasannya, dia sudah pernah membuat liputan di Gunung Merapi pada tahun 2006 dan mengenali para pembantu Mbah Maridjan seperti Agus dan lain-lain sehingga berpeluang mewawancara dengan orang tua yang disegani di Gunung Merapi tersebut.

Sebagai salah satu editor kanan, Wawan dikenali sebagai seorang wartawan yang bekerja keras, bersungguh-sungguh dan berperwatakan keras. Wawan jarang mengeluh mengerjakan tugas-tugas yang diamanahkan.

"Dia seorang yang sangat bersopan santun dan memiliki jaringan luas terutama dalam bidang politik," ujar Nezar.

Rini juga mengenali Wawan sebagai seorang yang sangat baik dan memiliki banyak kenalan, baik di kalangan aktivis, ahli politik hingga ke peringkat antarabangsa. "Ramai sekali teman yang sedih dan merasa kehilangannya," kata Rini.

Wawan memang sudah belasan tahun bekerja sebagai wartawan. Sebelumnya, dia cukup lama bekerja di harian Suara Pembaharuan. Pada 2008, Wawan ikut menyertai Vivanews apabila portal berita itu baru ditubuhkan.

Namun, tidak lama kemudian Wawan memilih untuk kembali ke Jakarta dan berkhidmat dengan salah sebuah akhbar di sini. Menjelang Lebaran tahun ini, Wawan kembali ke pangkuan Vivanews untuk mengepalai pasukan laporan khasnya.

Kini, Wawan dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Allayarham pergi meninggalkan rakan-rakannya ketika sedang bertugas. Beliau turut meninggalkan isteri dan dua orang anak yang amat dikasihinya dan foto mereka selalu ada di dompetnya. -mstar


Wartawan Vivanews.com Menjadi Korban Gunung Merapi

JAKARTA (EKSPOSnews): Wartawan media online VIVAnews.Com, Yuniawan Wahyu Nugroho dipastikan meninggal dunia akibat letusan Gunung Merapi yang terjadi pada hari ini.

Pantuan pada Rabu dinihari, 27 Oktober 2010, jasad Yuniawan ditemukan di sekitar rumah Mbah Maridjan, di Desa Kinahrejo, Cangkringan, Slematan, Yogyakarta.

Bukti diri berupa Surat Izin Mengemudi (SIM) yang masih utuh ditemukan petugas dari dompet Wawan panggilan akrab Yuniawan.

Wawan ditemukan tidak bernyawa bersama tiga jenazah lain di rumah Mbah Maridjan yang hancur akibat awan panas dengan suhu sekitar 600 derajat celcius.

Menurut sebelumnya, VIVAnews kehilangan kontak dengan Wawan saat erupsi terjadi sejak pukul 17.02 WIB. Kontak terakhir Wawan dengan seorang temannya, terdengar suara dilatar yang menyebutkan ada api.

Wawan yang dilahirkan 1 Juni 1968 ini sehari-hari bekerja di Jakarta. Sebelum bergabung dengan VIVAnews, pria yang memiliki dua anak ini pernah menjadi wartawan Suara Pembaruan yang ditugaskan lingkungan Istana Negara.

Menurut redaksi Vivanews.com, almarhum terbang dari Jakarta, Selasa siang 26 Oktober 2010 dan akan meliput bencana Merapi sekaligus mewawancarai Mbah Maridjan untuk mengisi rubrik Sorot.

Menurut Agus, asisten Mbah Maridjan, almarhum sudah sampai di rumah Mbah Marijan, namun sempat turun bersama keluarga Mbah Maridjan tak lama setelah sirine tanda letusan Merapi berbunyi.

Akan tetapi, setelah sampai di tempat aman, Yuniawan bersama Tutur, petugas PMI, berinisiatif naik lagi untuk menjemput dan memaksa Mbah Maridjan turun mengungsi ke lokasi aman.

Terakhir almarhum kontak dengan kantor redaksi VIVAnews.com melalui SMS pada pukul 17.49 WIB berbunyi "Aku lagi di rumah Mbah Maridjan. Ini banyak tamu orang Satkorlak. Mbah Maridjan masih mau shalat."

Setelah itu almarhum juga sempat menelepon ke redaksi VIVAnews.com dan mengabarkan akan mewawancarai Mbah Maridjan usai dia shalat.(an) -eksponews


Berita Terkait

[Video] "Juru Kunci" Gunung Merapi Diduga Rentung Dalam Keadaan Sujud

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

Oleh kerana terlalu ramai yang menyalahgunakan ruangan komen untuk tujuan mengeluarkan kata-kata kesat, mencarut, maki hamun dan bahasa yang tidak murni, semua komen akan disemak dahulu sebelum dilulusterbitkan.